Zona Arktik Menjadi Sumber Emisi Karbon, Alih Fungsi dari Penyerap Karbon

Zona Arktik Menjadi Sumber Emisi Karbon, Alih Fungsi dari Penyerap Karbon

Zona Arktik Menjadi Sumber Emisi Karbon, Alih Fungsi dari Penyerap Karbon Arktik – Wilayah Arktik, yang selama ribuan tahun berperan sebagai penyerap karbon alami (carbon sink), kini mengalami perubahan drastis dan beralih menjadi sumber emisi karbon berskala besar (carbon source). Perubahan ini terungkap dalam laporan ilmiah terbaru yang dirilis oleh International Cryosphere Climate Initiative (ICCI) dan sejumlah universitas terkemuka pada Mei 2025.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa kawasan kutub utara telah mulai melepaskan lebih banyak karbon ke atmosfer daripada yang diserapnya, terutama akibat mencairnya lapisan tanah beku atau permafrost yang menyimpan karbon dalam jumlah besar selama ribuan tahun. Peningkatan suhu global, yang di Arktik terjadi dua hingga tiga kali lebih cepat dari rata-rata global, mempercepat proses dekomposisi bahan organik di dalam permafrost, melepaskan karbon dioksida (CO₂) dan metana (CH₄) dalam jumlah signifikan.

Dari Penyangga Iklim Menjadi Ancaman Baru

Selama ini, tundra Arktik dan hutan boreal berfungsi sebagai penyangga iklim global, menyerap karbon dari atmosfer melalui fotosintesis dan menyimpannya dalam lapisan tanah beku. Namun, menurut penelitian yang dilakukan di wilayah Siberia, Alaska, dan Kanada Utara, suhu tanah pada musim panas 2024 telah melampaui ambang batas kritis yang memungkinkan pelepasan karbon secara permanen.

Dr. Erik Lindqvist, ilmuwan iklim dari University of Stockholm dan salah satu penulis laporan, menyatakan, “Apa yang terjadi di Arktik adalah titik balik ekologis. Kita menyaksikan perubahan dari sistem yang menstabilkan iklim menjadi pemicu pemanasan yang lebih cepat.”

Dampak Global dari Pelepasan Permafrost

Pelepasan gas rumah kaca dari permafrost merupakan fenomena yang sangat berbahaya karena berpotensi menciptakan lingkaran umpan balik (feedback loop). Ketika lebih banyak karbon dilepaskan, suhu global naik lebih cepat, yang pada gilirannya mempercepat pencairan permafrost. Dalam skenario saat ini, Arktik diperkirakan bisa melepaskan hingga 150 miliar ton karbon pada akhir abad ini jika tren pemanasan tidak dikendalikan.

Tak hanya CO₂, metana yang dilepaskan memiliki dampak pemanasan yang 80 kali lebih kuat dalam 20 tahun pertama keberadaannya di atmosfer. Gas ini berasal dari rawa beku, lapisan gambut, dan endapan bawah tanah yang mencair seiring hilangnya es abadi.

Tanggapan Ilmuwan dan Seruan Kebijakan

Komunitas ilmiah internasional menyatakan keprihatinan mendalam atas perubahan fungsi Arktik ini. Mereka menyerukan aksi global yang jauh lebih ambisius dari yang dijanjikan dalam Perjanjian Paris. Termasuk di antaranya adalah penghentian eksplorasi bahan bakar fosil di wilayah kutub, pengawasan terhadap pelepasan metana industri, dan investasi besar dalam riset geoengineering serta teknologi penyerapan karbon.

“Waktu kita hampir habis untuk menghindari pemanasan yang tak terkendali,” kata Dr. Lindqvist. “Arktik memberi kita sinyal paling jelas bahwa sistem bumi sudah mulai berubah secara fundamental.”

Penutup

Transformasi Arktik dari penyerap karbon menjadi sumber emisi adalah peringatan serius bagi dunia. Di wilayah yang tampak jauh dan tak tersentuh ini, proses yang terjadi kini akan menentukan nasib iklim global untuk abad-abad mendatang. Tindakan segera dan tegas dari seluruh negara menjadi satu-satunya jalan untuk memperlambat krisis yang semakin nyata.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *