Korall Terumbu Karang di Great Barrier Reef Terancam Punah, 80% Koloni Terkena Dampak

Korall Terumbu Karang di Great Barrier Reef Terancam Punah, 80% Koloni Terkena Dampak

Kondisi Korall Terumbu Karang Great Barrier Reef, terumbu karang terbesar di dunia yang membentang sepanjang 2.300 kilometer di lepas pantai timur Australia, kini berada di ambang kehancuran ekologis. Laporan ilmiah terbaru yang dirilis oleh Australian Institute of Marine Science (AIMS) dan didukung data dari lembaga internasional menyatakan bahwa sekitar 80% koloni karang di wilayah tersebut mengalami kerusakan serius akibat pemutihan massal (coral bleaching) yang kembali melanda pada awal 2025.

Fenomena pemutihan karang ini disebabkan oleh suhu permukaan laut yang meningkat secara signifikan selama musim panas selatan. Para peneliti mencatat bahwa suhu di beberapa bagian laut Coral Sea telah mencapai rekor tertinggi dalam 30 tahun terakhir, yaitu 2–3°C di atas rata-rata musiman. Akibatnya, simbiosis antara karang dan alga zooxanthellae terganggu, menyebabkan alga meninggalkan jaringan karang dan membuatnya memutih, melemah, dan akhirnya mati.

Krisis Terumbu Karang yang Terus Memburuk

Laporan tersebut menandai kejadian pemutihan massal ketujuh yang tercatat sejak tahun 1998, dengan intensitas yang semakin parah dalam satu dekade terakhir. Tahun 2025 menjadi salah satu tahun terburuk setelah 2016 dan 2020, saat terjadi gelombang panas laut ekstrem yang serupa.

Dr. Samantha Ridgewell, pakar kelautan dari AIMS, menyatakan, “Apa yang kita saksikan bukan hanya insiden acak, tetapi sebuah tren yang jelas: pemanasan global telah menciptakan kondisi laut yang tidak lagi mendukung kehidupan karang dalam jangka panjang.”

Ia menambahkan bahwa beberapa spesies karang, terutama yang lambat tumbuh dan sensitif terhadap suhu, seperti Acropora, telah menunjukkan angka kematian lebih dari 90% di zona utara dan tengah terumbu.

Dampak Ekologis dan Ekonomi

Great Barrier Reef adalah rumah bagi lebih dari 9.000 spesies laut, termasuk ikan, moluska, penyu, dan mamalia laut. Kerusakan ekosistem ini tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati, tetapi juga menghantam sektor ekonomi Australia yang sangat bergantung pada pariwisata laut dan perikanan.

Sektor wisata Great Barrier Reef menyumbang lebih dari AUD 6 miliar per tahun dan menyediakan lebih dari 60.000 lapangan kerja. Dengan penurunan kualitas karang, operator wisata menyatakan kekhawatiran bahwa kunjungan wisatawan internasional bisa turun drastis.

“Banyak wisatawan datang ke Queensland untuk menyelam dan menyaksikan keindahan terumbu karang. Jika itu hilang, maka daya tarik utama kami pun ikut hilang,” ujar seorang operator tur di Cairns.

Seruan untuk Tindakan Global

Ilmuwan dan aktivis lingkungan menyerukan tindakan drastis untuk menghentikan pemanasan global, terutama pengurangan emisi karbon secara drastis dalam dekade ini. Mereka juga meminta pemerintah Australia untuk memperketat perlindungan terhadap ekosistem laut, menghentikan proyek eksplorasi bahan bakar fosil di sekitar area karang, dan memperluas zona konservasi.

PBB melalui UNESCO sempat mempertimbangkan memasukkan Great Barrier Reef ke daftar “Warisan Dunia Terancam” pada 2021, dan dengan kondisi saat ini, status itu berpotensi kembali dipertimbangkan.

Penutup

Kehancuran ekosistem Great Barrier Reef bukan lagi ancaman di masa depan, melainkan tragedi yang sedang berlangsung. Tanpa perubahan kebijakan iklim yang ambisius dan perlindungan lingkungan yang lebih kuat, dunia bisa kehilangan salah satu keajaiban alam paling megahnya dalam hitungan dekade.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *